Mengalun Nada, Menghidupkan Tradisi
Mencoba alat musik tradisional

Mencoba alat musik tradisional – Di era modern dengan segala kecanggihan musik digital, keberadaan alat musik tradisional sering terlupakan. Padahal, alat-alat ini bukan hanya menghasilkan suara, tapi juga membawa sejarah, filosofi, dan jati diri budaya yang sangat kuat. Saya pun memutuskan untuk mencoba beberapa alat musik tradisional dalam perjalanan singkat saya ke desa budaya di Jawa Tengah—dan pengalaman ini ternyata lebih dari sekadar “main alat musik”.
Hari Pertama: Mengenal dan Menyentuh Gamelan Jawa
Langkah pertama saya dimulai dari Pendopo budaya sebuah sanggar seni kecil di pinggiran Yogyakarta. Di sana saya diperkenalkan dengan gamelan Jawa, ensambel musik tradisional yang terdiri dari gong, kenong, bonang, gender, saron, dan kendang.
Begitu duduk di depan salah satu alat bernama saron, saya diberi palu kayu kecil. “Pukulnya tidak boleh keras. Harus halus, sabar, dan penuh rasa,” kata Pak Tarto, pengajar gamelan di sana. Dan benar saja—saat saya memukul dengan perlahan, suara logam lembut menggema, menciptakan suasana damai yang tak pernah saya temukan saat bermain gitar elektrik di rumah.
Gamelan ternyata tidak bisa dimainkan sembarangan. Ada aturan ritme dan harmoni yang hanya bisa dipahami lewat keselarasan hati dan ketenangan pikiran. Itu sebabnya gamelan sering digunakan untuk mengiringi tari klasik dan upacara spiritual.
Hari Kedua: Serunya Memainkan Angklung di Lembang
Keesokan harinya, saya menuju Bandung, tepatnya ke Saung Angklung Udjo, pusat pelestarian musik angklung yang terkenal hingga mancanegara.
Angklung adalah alat musik tradisional yang terbuat dari bambu dan dimainkan dengan cara digoyangkan. Yang membuat unik adalah setiap angklung hanya menghasilkan satu nada, jadi untuk memainkan lagu, kita harus bekerja sama dalam kelompok.
Saya dan pengunjung lain diberi satu angklung per orang dan diminta mengikuti aba-aba instruktur. Kami memainkan lagu “Ibu Pertiwi” secara bersama-sama, dan saat semua angklung bergoyang dalam irama yang sama, saya merinding. Suara bambu yang berpadu dalam harmoni sempurna terasa menyentuh, mengingatkan bahwa kebersamaan itu indah.
Hari Ketiga: Menabuh Tifa di Tanah Papua Mini
Di hari ketiga saya mencoba alat musik asal Timur Indonesia: tifa—alat musik pukul khas Papua dan Maluku. Bentuknya seperti kendang tapi lebih ramping, dengan kulit binatang di bagian atas sebagai membran suara.
Saya mencoba menabuh tifa dalam salah satu acara budaya mini yang diadakan di taman tematik Nusantara di Bogor. Diiringi oleh tarian dan nyanyian khas Papua, saya pun ikut menabuh tifa dengan irama sederhana.
Yang saya pelajari bukan hanya teknik menabuh, tapi juga nilai-nilai budaya yang melekat pada tifa. Alat ini digunakan untuk mengiringi upacara adat, tarian penyambutan, bahkan menyampaikan pesan kepada leluhur.
Mengapa Mencoba Alat Musik Tradisional Itu Penting?
-
Membuka Wawasan Budaya
Setiap alat musik tradisional menyimpan cerita tentang suku, kepercayaan, dan sejarah panjang masyarakat setempat. -
Melatih Kesabaran dan Konsentrasi
Berbeda dengan musik modern yang bisa otomatis, alat musik tradisional menuntut konsentrasi dan keselarasan emosi. -
Menghargai Warisan Leluhur
Saat kita mencoba memainkan alat musik tradisional, kita sedang menghargai dan ikut menjaga kelangsungan budaya bangsa. -
Meningkatkan Kebersamaan
Beberapa alat seperti angklung atau gamelan tidak bisa dimainkan sendiri. Mereka mengajarkan pentingnya kerja sama dan harmoni sosial.
Alat Musik Tradisional Lain yang Layak Dicoba
-
Sasando (NTT)
Alat musik petik dari daun lontar yang menghasilkan suara seperti harpa. Memainkannya seperti menyentuh hati yang sedang melodi. -
Kolintang (Sulawesi Utara)
Terbuat dari bilah kayu yang ditata di atas resonator. Biasanya dimainkan untuk acara gembira dan lagu-lagu ceria. -
Serune Kalee (Aceh)
Alat musik tiup tradisional Aceh yang sering digunakan dalam upacara adat dan penyambutan tamu. -
Rebab (Jawa & Sunda)
Alat gesek dua senar yang sering digunakan dalam gamelan untuk memperkuat nuansa syahdu dalam pertunjukan.
Tantangan dan Harapan
Sayangnya, tidak banyak generasi muda yang mengenal, apalagi bisa memainkan alat musik tradisional. Mereka lebih akrab dengan musik digital dan instrumen modern. Padahal, jika dikelola dengan baik, musik tradisional bisa jadi bagian dari kreativitas masa kini. Buktinya? Banyak musisi modern yang kini menggabungkan gamelan dengan musik elektronik atau jazz dengan angklung.
Harapanku, pengalaman ini bisa menjadi inspirasi bagi lebih banyak orang untuk tidak hanya mengenal, tapi juga mencoba alat musik tradisional. Karena dengan mencobanya, kita tidak hanya belajar teknik, tapi juga merasakan jiwa budaya yang hidup dalam setiap nada.
Kesimpulan
Mencoba alat musik tradisional bukan hanya soal bermain musik, tapi juga perjalanan menyentuh akar budaya sendiri. Dari gamelan yang meditatif, angklung yang komunal, hingga tifa yang penuh semangat, semuanya membawa saya lebih dekat dengan warisan luhur Indonesia.
Jangan tunggu jadi ahli. Mulailah dengan mencoba, mendengar, dan merasakan. Karena setiap denting alat musik tradisional adalah gema sejarah dan suara hati bangsa.